Profile Pasukan Elite Indonesia
Diposting oleh
http//Ghegeer_Coruupt.blogspot.com/
Kamis, 25 November 2010
1. Komando Pasukan Khusus (Kopassus)
Kopassus
diresmikan oleh AH Nasution pada waktu itu dan hanya 6 bulan berada
dibawah TT III Siliwangi sebelum akhirnya dimabil alih oleh AD.
Baretnyapun berwarna merah, karena memang mengambil alih konsep pasukan
Belanda “roode baret”. Mengenai warna baret ini perlu kita ketahui
bersama bahwa seluruh pasukan khusus di dunia menggunakan warna hijau,
sedangkan pasukan “airborne/ lintas udara” nya berwarna merah. Tapi di
Indonesia terbalik, justru pasukan khususnya yang menggunakan baret
warna merah.
Kopassus
berhasil mengukuhkan keberadaannya sebagai pasukan khusus yang mampu
menangani tugas-tugas yang berat. Beberapa operasi yang dilakukan oleh
Kopassus diantaranya adalah operasi penumpasan DI/TII, operasi militer
PRRI/Permesta, Operasi Trikora, Operasi Dwikora, penumpasan G30S/PKI,
Pepera di Irian Barat, Operasi Seroja di Timor Timur, operasi
pembebasan sandera di Bandara Don Muang-Thailand (Woyla), Operasi GPK
di Aceh, operasi pembebasan sandera di Mapenduma, serta berbagai
operasi militer lainnya. Dikarenakan misi dan tugas operasi yang
bersifat rahasia, mayoritas dari kegiatan tugas daripada satuan
KOPASSUS tidak akan pernah diketahui secara menyeluruh. Contoh operasi
KOPASSUS yang pernah dilakukan dan tidak diketahui publik seperti:
Penyusupan ke pengungsi Vietnam di pulau Galang untuk membantu
pengumpulan informasi untuk di kordinasikan dengan pihak Amerika
Serikat (CIA), penyusupan perbatasan Malaysia dan Australia dan operasi
patroli jarak jauh (long range recce) di perbatasan Papua nugini.
Prajurit
Kopassus dapat mudah dikenali dengan baret merah yang disandangnya,
sehingga pasukan ini sering disebut sebagai pasukan baret merah.
Kopassus memiliki moto Berani, Benar, Berhasil. Mereka bergerak dalam
satuan-satuan kecil untuk menghancurkan musuh yang lebih besar,
perbandingan kemampuan 1 prajurit Kopassus setara dengan 10 prajurit
infantri reguler.
Tahun 2008 pada Acara TV discovery(military chanel)
Ada
acara tentang pasukan khusus terbaik di dunia di sebuah stasiun [[TV
Discovery]] Channel military.KOPASSUS menduduki peringakat ketiga
sebagai pasukan khusus tebaik didunia.Seluruh pasukan khusus didunia
dinilai kinerjanya dengan parameter menurut pendapat dari berbagai
pengamat bidang militer dan ahli sejarah. Hasilnya, peringkat pertama
jatuh ke tangan SAS (Inggris),peringkat kedua adalah MOSSAD
(ISRAEL).Dan naratornya bilang mengapa pasukan khusus dari Amerika
tidak masuk peringkat terhormat. Itu karena mereka terlalu bergantung
pada peralatan yang mengusung teknologi super canggih, akurat dan serba
digital. Pasukan khusus yang hebat adalah pasukan yang mampu mencapai
kualitas sempurna dalam hal KEMAMPUAN INDIVIDU. Termasuk didalamnya
kemampuan bela diri, bertahan hidup, kamuflase, strategi, daya tahan,
gerilya, membuat perangkap, dan lain2nya
2. Sat-81 Gultor (Satuan Penganggulangan Anti Teror)
Mengantisipasi
maraknya tindakan pembajakan pesawat terbang era tahun 1970/80-an,
Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) ABRI menetapkan lahirnya sebuah
kesatuan baru setingkat detasemen di lingkungan Kopassus. Pada 30 Juni
1982, muncullah Detasemen 81 (Den-81) Kopassus dengan komandan pertama
Mayor Inf. Luhut B. Panjaitan dengan wakil Kapten Inf. Prabowo
Subianto. Kedua perwira tersebut dikirim untuk mengambil spesialisasi
penanggulangan teror ke GSG-9 (Grenzschutzgruppe-9) Jerman dan
sekembalinya ke Tanah Air dipercaya untuk menyeleksi dan melatih para
prajurit Kopassandha yang ditunjuk ke Den-81.
Keinginan
mendirikan Den-81 sebenarnya tidak terlepas dari peristiwa pembajakan
pesawat Garuda DC-9 Woyla di Bandara Don Muang, Bangkok, 31 Maret 1981.
Nah, pasukan yang berhasil membebaskan Woyla inilah yang menjadi cikal
bakal anggota Den-81, dan belakangan diganti lagi jadi Satuan 81
Penanggulangan Teror (Sat-81 Gultor). Dari periode 1995* - 2001, Den-81
sempat dimekarkan jadi Group 5 Antiteror.
Satuan yang ada di bawah kendali Sat-81 adalah Batalyon 811 dan Batalyon 812 Kopassus
Secara
organisatoris, Gultor langsung di bawah komando dan pengendalian
Komandan Jendral Kopassus. Gultor saat ini dipimpin perwira menengah
berpangkat kolonel. Proses rekrutmen prajurit Gultor dimulai sejak
seorang prajurit selesai mengikuti pendidikan para dan komando di
Batujajar. Dari sini, mereka akan ditempatkan di satuan tempur Grup 1
dan Grup 2, baik untuk orientasi atau mendapatkan pengalaman operasi.
Sekembalinya
ke markas, prajurit tadi akan ditingkatkan kemampuannya untuk melihat
kemungkinan promosi penugasan ke Satuan Sandi Yudha atau Satuan
Antiteror. Untuk antiteror, pendidikan dilakukan di Satuan Latihan
Sekolah Pertempuran Khusus Batujajar. Operasi terakhir terbilang sukses
Den-81 yaitu saat pembebasan 26 sandera yang ditawan GPK Kelly Kwalik
di Irian Jaya pada 15 Mei 1996. Namun Operasi Woyla masih menjadi
satu-satunya operasi antiteror dalam skala besar yang dijalankan TNI
hingga saat ini. Tidak jelas berapa jumlah prajurit Sat-81 Gultor saat
ini.
3. Detasemen Jala Mengkara (Denjaka)
Intinya
Denjaka memang dikhususkan untuk satuan anti teror walaupun mereka juga
bisa dioperasikan di mana saja terutama anti teror aspek laut. Denjaka
dibentuk berdasarkan instruksi Panglima TNI kepada Komandan Korps
Marinir No Isn.01/P/IV/1984 tanggal 13 November 1984. Denjaka memiliki
tugas pokok membina kemampuan antiteror dan antisabotase di laut dan di
daerah pantai serta kemampuan klandestin aspek laut.
Pada
tanggal 4 November 1982, KSAL membentuk organisasi tugas dengan nama
Pasukan Khusus AL (Pasusla). Keberadaan Pasusla didesak oleh kebutuhan
akan adanya pasukan khusus TNI AL guna menanggulangi segala bentuk
ancaman aspek laut. Seperti terorisme, sabotase, dan ancaman lainnya.
Pada
tahap pertama, direkrut 70 personel dari Batalyon Intai Amfibi (Taifib)
dan Korps Pasukan Katak (Kopaska). Komando dan pengendalian pembinaan
di bawah Panglima Armada Barat dengan asistensi Komandan Korps Marinir.
KSAL bertindak selaku pengendali operasional. Markas ditetapkan di Mako
Armabar.
Melihat
perkembangan dan kebutuhan satuan khusus ini, KSAL menyurati Panglima
TNI yang isinya berkisar keinginan membentuk Detasemen Jala Mangkara.
Panglima ABRI menyetujui dan sejak itu (13 November 1984), Denjaka
menjadi satuan Antiteror Aspek Laut. Merunut keputusan KSAL, Denjaka
adalah komando pelaksana Korps Marinir yang mempunyai tugas pokok
melaksanakan pembinaan kemampuan dan kekuatan dalam rangka melaksanakan
operasi antiteror, antisabotase, dan klandesten aspek laut atas
perintah Panglima TNI.
Pola
rekrutmen Denjaka dimulai sejak pendidikan para dan komando. Selangkah
sebelum masuk ke Denjaka, prajurit terpilih mesti sudah berkualifikasi
Intai Amfibi. Dalam menjalankan aksinya, satuan khusus ini dapat
digerakkan menuju sasaran baik lewat permukaan/bawah laut maupun lewat
udara. TNI AL masih memiliki satu pasukan khusus lagi, yaitu Komando
Pasukan Katak (Kopaska). Kedua satuan pernah beberapa kali melakukan
latihan gabungan dengan US Navy SEAL.
Denjaka
terdiri dari satu markas detasemen, satu tim markas, satu tim teknik
dan tiga tim tempur. Sebagai unsur pelaksana, prajurit Denjaka ditutut
memiliki kesiapan operasional mobilitas kecepatan, kerahasiaan dan
pendadakan yang tertinggi serta medan operasi yang berupa kapal-kapal,
instalasi lepas pantai dan daerah pantai. Disamping itu juga memiliki
keterampilan mendekati sasaran melalui laut, bawah laut dan vertikal
dari udara.
4. KOPASKA (Komando Pasukan Katak)
Setelah
itu, para lulusan seleksi pertama ini harus mengikuti Pelatihan Empat
Tahap, yaitu satu minggu latihan fisik (Minggu Neraka), setelah itu
latihan dasar bawah air, latihan komando, dan latihan parasut. Biasanya
setelah keempat tahap ini hanya lima atau enam orang yang lulus menjadi
anggota Kopaska. Saat ini, Kopaska berkekuatan 300 orang, dibagi dalam
dua grup.
Satu grup dimasukkan ke Armada Barat di Jakarta, dan satu grup dimasukkan ke Armada Timur di Surabaya.
Tugas
utama mereka adalah menyerbu kapal dan pangkalan musuh, menghancurkan
instalasi bawah air, penyiapan perebutan pantai dan operasi pendaratan
kekuatan amfibi.
5. Datasemen Bravo90
Dari
dasar ini, Bravo 90 diarahkan menjalankan tugas intelijen dalam rangka
mendukung operasi udara, menetralisir semua potensi kekuatan udara
lawan serta melaksanakan operasi-operasi khusus sesuai kebijakan
Panglima TNI. Saat dibentuk, Bravo diperkuat 34 prajurit * 1 perwira, 3
bintara, 30 tamtama. Entah kenapa, sejak dibentuk hingga akhir 1990-an,
hampir tak pernah terdengar nama Bravo. Dalam masa "vakum" itu,
anggotanya dilebur ke dalam Satuan Demonstrasi dan Latihan Depodiklat
Paskhas (Satdemolat). Baru pada 9 September 1999, dilaksanakan upacara
pengukuhan Detasemen Bravo dengan penyerahan tongkat komando.
Prajurit
Bravo diambil dari prajurit para-komando terbaik. Setiap angkatan
direkrut 5-10 orang. Untuk mengasah kemampuan antiteror, latihan
dilakukan di pusat latihan serbuan pesawat GMF Sat-81 Gultor, latihan
infiltrasi laut dalam rangkan penyerbuan pangkalan udara lepas pantai
di pusat latihan Denjaka, latihan UDT (under water demolition) di
sarana latihan Kopaska, serta latihan penjinakan bahan peledak di
Pusdikzi Gegana, Polri.
6. YonTaifib (Batalyon Intai Ampifibi)
Bagi
prajurit marinir biasa, bila ingin memperoleh kualifikasi (brevet)
intai amfibi, tentu harus lolos seleksi lebih dahulu, kemudian
dilanjutkan dengan mengikuti program latihan tambahan selama sembilan
bulan, yang kurikulumnya jauh lebih berat. Brevet intai amfibi
kira-kira sama kelasnya dengan brevet Komando dalam Kopassus.
Salah
satu program latihan yang mendebarkan bagi siswa pendidikan intai
amfibi, adalah berenang dalam kondisi tangan dan kaki terikat, sejauh 3
km. Karena kedua tangan dan kaki terikat, maka cara berenangnya
mengikuti gaya lumba-lumba. Renang gaya lumba-lumba ini sebagai
antisipasi, bila suatu saat anggota ditawan musuh.
Kemampuan
renang gaya lumba-lumba dapat digunakan sebagai salah satu cara
meloloskan diri. Ide pelatihan ini berasal dari pengalaman pasukan
elite Amerika (SEAL), yang ditawan pihak lawan saat Perang Vietnam
dulu, namun tetap bisa meloloskan diri, dengan berenang dalam kondisi
tangan dan kaki terikat.
7. Densus 88
Densus
88 dibentuk dengan Skep Kapolri No. 30/VI/2003 tertanggal 20 Juni 2003,
untuk melaksanakan Undang-undang No. 15 Tahun 2003 tentang penetapan
Perpu No. 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme,
yaitu dengan kewenangan melakukan penangkapan dengan bukti awal yang
dapat berasal dari laporan intelijen manapun, selama 7 x 24 jam (sesuai
pasal 26 & 28). Undang-undang tersebut populer di dunia sebagai
"Anti Teror Act".
Angka
88 berasal dari kata ATA (Anti Terror Act), yang jika dilafalkan dalam
bahasa Inggris berbunyi Ei Ti Ekt. Pelafalan ini kedengaran seperti
Eighty Eight (88). Jadi arti angka 88 bukan seperti yang selama ini
beredar bahwa 88 adalah representasi dari jumlah korban bom bali
terbanyak (88 orang dari Australia), juga bukan pula representasi dari
borgol.
Pasukan
khusus ini dibiayai oleh pemerintah Amerika Serikat melalui bagian Jasa
Keamanan Diplomatik (Diplomatic Security Service) Departemen Negara AS
dan dilatih langsung oleh instruktur dari CIA, FBI, dan U.S. Secret
Service. Kebanyakan staf pengajarnya adalah bekas anggota pasukan
khusus AS. Informasi yang bersumber dari FEER pada tahun 2003 ini
dibantah oleh Kepala Bidang Penerangan Umum (Kabidpenum) Divisi Humas
Polri, Kombes Zainuri Lubis, dan Kapolri Jenderal Pol Da’i Bachtiar.
Sekalipun demikian, terdapat bantuan signifikan dari pemerintah Amerika
Serikat dan Australia dalam pembentukan dan operasional Detasemen
Khusus 88. Pasca pembentukan, Densus 88 dilakukan pula kerjasama dengan
beberapa negara lain seperti Inggris dan Jerman. Hal ini dilakukan
sejalan dengan UU Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme pasal 43.

0 Comments